Laki-laki itu harus gentle. Kalimat ini
sering kali diucapkan para mama, oleh karena itu banyak mama yang mulai
"mendisiplinkan" anaknya agar kelak menjadi gentleman.
|
Masalah etiket klasik, seperti
membukakan pintu atau menarik kursi, memang sering kali kita harapkan
dilakukan oleh para laki-laki. Benarkah hal ini masih berlaku?
Menurut Ratih Andjayani Ibrahim, MM,
psikolog, serta juga Pendiri dan Direktur Personal dari Personal Growth, “Hal
ini sangat tergantung pada edukasi yang dia terima sebelumnya dari orang
tuanya. Ya, ini memang masalah parenting. Tidak terjadi dalam sekejap.
Selain itu, kalau kita tidak menemukan
lagi laki-laki yang menyediakan kursi, membukakan pintu atau menempatkan kita
sebagai lady, jangan lupa introspeksi diri. Bukankah kita yang ingin
diperlakukan sama dengan laki-laki melalui gerakan emansipasi? Jadi, kita
bukan makhluk lemah lagi, lho.”
Meski begitu, Ratih tetap memilih
mendidik anaknya menjadi gentlemen. “Saya bilang sama suami, ‘Ini soal etiket
alias sopan santun dalam pergaulan.’ Sementara itu, saya bilang sama anak,
‘Kamu membukakan pintu bukan karena dia lemah atau tidak bisa, namun karena
kamu adalah laki-laki. So be a gentlemen.’ Anak saya komplain, ‘Kenapa papa
nggak begitu sama mama?’ Saya jawab saja, ‘Karena dia bukan anak saya. Kamu
anak saya, makanya kamu saya ajarin.’ ‘Do you blame Oma untuk mengajari Papa
begitu?’ ‘No, Mama terima Papa apa adanya.’”
|
0 komentar:
Posting Komentar