Selasa, 30 April 2013

Dampak Pembalakan Liar & Sisi Kehidupan Pinggiran Hutan

Kehidupan masyarakat di pinggiran hutan saat ini sangat bergantung dari Sumber daya alam di sekitar kawasan nya, baik itu dari jenis hutan yang bisa di mamfaatkan maupun jenis yang dilindungi oleh pemerintah (kayu/pohon). namun tidak dapat kita pungkiri bahwasanya mereka sangat bergantung pada apa yang ada di hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.

Perubahan cuaca dan pemanasan global saat ini banyak menyita perhatian semua negara di belahan dunia, hal ini terjadi karena banyaknya emisi karbon yang di lepaskan ke udara baik dari pabrik, kendaraan dan berbagai pemicu pelepasan karbon ke udara, di sisi lain hal ini di sebabkan karena kurangnya penyerapan karbon oleh kawasan hutan.. mengapa?? kurang nya penyerapan tersebut akibat hilang nya kondisi hutan yang baik  karena di sebabkan oleh penebangan liar dan pengerusakan hutan akibat pembukaan lahan baru oleh masyarakat sekitar hutan. salah menyalahkan dan disalahkan juga menyalahi.. namun masih banyak solusi yang belum tersosialisasikan !

Data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan.

Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang menganggap sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.

Menurut data Departemen kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Bila keadaan seperti ini dipertahankan, dimana sumatera dan kalimantan sudah kehilangan hutannya, maka hutan di Sulawesi dan papua akan mengalami hal yang sama. Menurut analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.

Praktek pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 milyar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih US$1.4 milyar setiap tahun. Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan.

Penelitian greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektar pertahun, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan liar (Johnston, 2004). Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka Rp. 83 milyar perhari sebagai kerugian finansial akibat penebangan liar (Antara.200)

Jika dilihat dari sisi kehidupan para penebang, banyak alasan mereka untuk kita telaah dan pikirkan kembali, mengapa mereka rela menebang hutan..?!! dalam penulusuran kami ke daerah penebangan liar di kawasan gunong ujen dan termasuk hutan yang dilindungi oleh pemda juga dalam ruang lingkup Kawasan Ulu Masen, aceh, kami menjumpai sekelompok penebang yang berbadan tegap dengan keringat mengering di setiap lekukan pori mereka, dengan terkejut dan suara mesin tebang yang perlahan meredam mereka menoleh ke kami dan akan menghentikan langkah kami saat itu, beruntung kami bisa membuat keadaan tidak panik dan bisa menyalami mereka yang berwajah sangar dengan senyuman penyambutan tamu tak dikenal… (alhamdulillah) memulai bersahabat dan saling bertanya satu sama lain saat itu lah pembicaraan secara tertutup kami lakukan dengan improvisasi seadanya,  saya menjumpai seseorang yang berpropesi sebagai penebang liar senior di hutan, sebut saja namanya “logger”.. sebari menyuguhi secangkir kopi hangat dan duduk di atas batangan kayu yang telah menjadi balok2 berbagai ukuran.

Berselang beberapa waktu kami duduk lalu saya mulai mengarahkan pembicaraan ke propesi mereka, saya mulai bertanya “.. mengapa anda menebang hutan bersama teman – teman anda, bukankah itu dilarang oleh Pemerintah..??” awalnya logger itu menutupi dan sedikit ragu atas pertanyaan yang saya ajukan karena dalam diri mereka masih ada rasa takut jika dalam waktu lain mereka tertangkap karena merusak hutan, dan mereka balik bertanya “.. sebelumnya saya minta maaf, mengapa adek menanyakan itu ? adek dari wartawan ya ? atau POLHUT ? …” dengan senyuman kecil saya memberitahukan kepada mereka kalau saya adalah mahasiswa yang berkunjung untuk menikmati hutan hujan yang saat ini sangat baik untuk melakukan penelitian dan mengambil dokumentasi lewat foto dan video baik habitat maupun keanekaragaman hayati yang ada di hutan ini,  jelasku.. ” dengan rasa percaya logger itu mulai menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan… salah satu jawaban yang sangat membuat saya tersentuh adalah jawaban singkat mereka yaitu “.. jika kami tidak menebang, keluarga kami tidak dapat makan, anak saya tidak sekolah dan akan bodoh seperti saya.. saya tahu ini tidak baik namun apa yang akan saya lakukan jika tidak menebang..? bercocok tanam akan membutuhkan waktu yang lama dalam mendapatkan uang demi kebutuhan keluarga.. mengemis ke pemerintah untuk diberikan dana agar kami bisa melakukan hal lain selain menebang juga tidak di respon.. entahlah.. !!” dengan napas panjang logger membuang unek – unek nya. dari pertanyaan mereka ingin saya katakan bahwa hutan itu sangat berperan penting dalam kehidupan mahluk hidup, namun jujur saya tidak berani untuk memberikan pemahaman seperti itu ke mereka karena bisa membuat salah persepsi dan saya hanya bisa mendengar dan dengar setiap keluhan yang di utarakan nya. dari sudut lain saya memikirkan apa yang mereka lakukan, dan juga memahami kenapa mereka melakukan kesalahan akan merusak hutan secara perlahan dan semua itu hanya sebagai memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

” cerita dokumenter ini hanya sebagai motivasi untuk bisa memahami permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini”

hal yang biasa jika kutipan diatas masih berserakan dan sangat belum dapat di pahami secara jelas. namun saya sangat berharap bagi yang telah membaca agar bisa mengkritik tajam dalam Blog ini.


0 komentar:

Posting Komentar